ORA NGAPAK? DUPAK
PURWOKERTO-, Sebuah kota kecil di salah satu
Kabupaten di Jawa Tengah yang kini sudah mulai dikenal orang. Walaupun hanya
sebuah kota kecil, Purwokerto kini sudah mulai berkembang dengan adanya banyak
hiburan yang ada seperti cafe, tempat karaoke, hingga diskotik. Salah satu daya
tarik orang mengunjungi kota ini adalah tempat wisata alam yang sudah sangat
familiar ditelinga masyarakat, Baturraden. Suatu hal yang tak asing bagi kita
adalah penduduk atau msayarakat pendatang dari luar kota seperti Jawa Barat, Jakarta,
hingga luar pulau Jawa seperti Medan, Kalimantan hingga Papua. Kedatangan
mereka tak lain karena adanya Universitas Jenderal Soedirman atau dikenal
dengan nama UNSOED. Dengan kedatangan masyarakat luar daerah seperti itu
mungkin akan mendatangkan berbagai dampak baik yang positiv maupun negatif.
Salah satu hal yang selalu terjadi setiap tahunnya dan akan terus terjadi
adalah mulai hilangnya bahasa “ngapak” yang menjadi ciri khas “wonge dewek”
ini. Hal tersebut karena mahasiswa di UNSOED hampir sebagian besar orang luar
Purwokerto dan menggunakan bahasa yang cenderung “gaul” seperti lo, gue, anjir
, dll. Bahasa tersebut mulai menjadi bahasa sehari-hari mahasiswa khususnya.
Mirisnya lagi, mahasiswa asli Purwokerto seakan bangga dengan bahasa “anak gaul
Jakarta” itu dan cenderung gengsi dengan bahasa milik sendiri.
Apa kita sebagai mahasiswa asli Purwokerto rela
budaya bahasa ngapak semakin lama semakin hilang? Apa kita sebagai mahasiswa
asli Purwokerto akan selalu termakan gengsi karena dianggap ngapak?
Bukannya mereka yang numpang tidur, numpang makan,
dan numpang hidup di kota ngapak ini? “yawis
nek arep nang Purwokerto ya kudu ngapak, ko ora ngapak? Dupak.” (Dearista/F1C014027)
0 komentar:
Posting Komentar